segores tinta
The
Sun Rise of Java
KEKAYAAN SENI BUDHAYA di BANYUWANGI
1. Seni Tari
Tarian di Banyuwangi sangatlah melimpah dan beragam jenisnya. Ini melambangkan bahwa Banyuwangi adalah lumbung tari yang kaya.
2. Seni Rupa
Tidak hanya seni tari. Kalau kita berada di Banyuwangi, kita juga bisa menikmati keindahan seni rupa yang ada di Banyuwangi. Diaantaranya adalah seni Batik dan Kerajinan Anyaman Bambu.
3. Seni Musik
Seni musik yang terkenal di Banyuwangi adalah musik Kendang Kempul. Namun bukan hanya kendang kempul saja yan ada di Banyuwangi, namun ada pula musik yang terbuat dari bambu yaitu musik Patrol, Angklung, dan musik Gedhogan yang berasal dari bunyi-bunyian Lesung (penumbuk padi yang terbuat dari kayu).
4. Seni Drama
Masih ada lagi kekayan seni Banyuwangi yang benar-banar unik dan menarik. Seni drama yang terkenal di Banyuwangi adalah seni pertunjukan lawakan dan seni Dhamar Wulan atau yang lebih dikenal masyarakat Banyuwani dengan nama seni Janger.
5. Kesenian Adat dan Tradisi
Luar biasa kesenian yang ada di Banyuwangi. Tidak hanya seni tari, seni rupa, seni musik, namun masih ada kesenian adat dan istiadat yang sampai saat ini masih terjaga di Banyuwangi. Diantara seni adat dan tradisi di Banyuwangi yang terkenal adalah Kebo-keboan dan Seblang.
1. Seni Tari
Tarian Banyuwangi yang Sudah Mendapatkan
Nominasi di
Tingkat Nasional
x
Tari Bersih Desa
Buah
karya : Sumitro Hadi
x
Tari Erek-erekan
Buah
karya : Subari Sofyan
x
Tari Punjari
Buah
karya : Sahuni
x
Tari Cunduk Menur
Buah
karya : Subari Sofyan
x
Tari Gandrung Marsan
Buah
karya : Subari Sofyan
x
Tari Sri Ganyong
Buah
karya : Sabar Hariyanto
Sinopsis Tari Tradisional di Banyuwangi
1. Tari Gandrung
Ialah sebuah tari yang sudah ditetapkan sebagai
simbol tari di Banyuwangi.
Pernyataan ini didasari dari surat keputusan Bupati
Banyuwangi Nomor 173 Tahun 2002.
Pada awalnya, tari gandrung di tarikan oleh penari
yang terdiri dari 4 orang anak laki-laki sekaligus yang berusia 7 sampai 16
tahun. Dimana di dalam menari, mereka berpakaian layaknya seorang wanita.
Kata Gandrung sendiri mempunyai arti (suka atau cinta). Karena pada jaman dahulu ketika tari ini dipentaskan, banyak orang yang menonton terutama penonton laki-laki yang tergila-gila (Gandrung) dengan penarinya. Karena pada awalnya tari gandrung ditarikan oleh seorang pria yang berdandan layakna wanita, maka pada saat itulah terjadi praktek-praktek homoseksual. Mereka menjadi pria yang mencintai sesama jenis.
Hingga muncullah penari Gandrung Lanang (Gandrung Laki-laki) yang paling tersohor yaitu gandrung Marsan. Beliau MEMBENANG MERAHI, dan MENGUBAH tari gandrung yang tadinya hanya menjadi tontonan yang mengundang praktik homoseksual menjadi subuah tarian menjadi sebuah TARIAN PERJUANGAN. Dari perjuangan Marsan, tari gandrung tidak lagi menjadikan masyarakat melakukan praktik homoseksual ketika mereka melihat tari gandrung, namun, masyarakat malah mempunyai semangat melawan penjajah yang berkobar-kobar ketika menyaksikan tarian gandrung.
Maka sampai detik ini, beliau (Gandrung Marsan) terkenal karena PERJUANGANYA yang menggunakan seni gandrung sebagai sarana untuk melawan dan mengusir penjajah.
Marsan sering diundang menari dalam acara-acara pertemuan resmi para VOC. Dari situlah tanpa diketahui VOC, sambil menari Marsan menguping pembicaraan para penjajah yang ingin melakukan rencana penyerangan terhadap rakyat Banyuwangi. Kemudian Marsan menginformasikan rencana VOC tersbut kepada masyarakat Banyuwangi menggunakan perantara lagu yang dinyanyikanya pada saat menari. Tentunya dengan menggunakan sandi bahasa osing yang tidak diketahui oleh Belanda.
Misalnya ketika Marsan mengetahui bahwa Belanda akan menggempur Rogojampi, Beliau akan menyanyi " Hei kembang abang ring Rogojampi gancang pelayonan ". artinya "Hei bunga merah ( di artikan korban, darah yang tumpah, atau tanda bahaya) di Rogojampi cepat berlari.
Disamping itu, beliau juga menginformasikan tempat gudang-gudang senjata, rencana-rencana busuk Belanda dan seruan untuk bersatu dengan menggunakan nyanyian-nyanyianya pada saat menari Gandrung.
Itulah kecerdikan Marsan yang luar biasa. Mengubah Gandrung yang tadinya hanya sebagai tarian yang dipertontonkan dengan cara mengamen, menjadi sarana untuk berjuang melawan Belanda.
Hingga pada akhirnya, penari gandrung di bawakan
oleh penari perempuan yang bernama gandrung Semi, putri seorang penduduk
Cungking bernama Mak Midah. Gandrung Semi lah yang menjadi cikal bakal adanya Gandrung wanita di Banyuwangi.
Tari gandrung sendiri adalah tari yang melambangkan Dewi Sri (Dewi Padi) yang turun dari khayangan dan memberikan berkah berupa kesuburan dan hasil tani yang melimpah kepada masyarakat agraris Banyuwangi. Pada saat penari gandrung membawa kipas dan mengibas-ngibaskan kipasnya, disitulah simbol bahwa Dewi Sri sedang memberikan berkahnya kepada rakyat Banyuwangi.
Tari ini masuk kedalam jenis tari berpasangan.
Tari Jaran goyang, di ciptakan oleh grup seni Bpk. Suparman C.S di daerah Sumbersari, Pandan, Banyuwangi pada tahun 1965.
Kemudian, Seorang penari Banyuwangi Bpk. Sumitro Hadi diberi kepercayaan untuk mengubah tarian ini.
Pada mulanya, tarian ini dibawakan oleh lebih dari satu pasang penari dimana pasangan pertama muncul menari pada bagian awal, kemudian disusul pasangan-pasangan yang lain menari pada bagian akhir waktu gending ugo-ugo dimainkan.
Sinopsis tari ini adalah, adanya seorang lelaki yang ingin mendapatkan cinta dari seorang wanita pujaanya. Tapi sayangnya, wanita itu tidak menerima cintanya. Namun lelaki itu ternyata mempunyai semangat baja yang pantang menyerah. Walaupun cintanya ditolak, dia tidak menyerah begitu saja. Hingga lelaki tersebut menggunakan sebuah mantra yang bernama "Aji Jaran Goyang". Dengan aji itu, wanita tersebut langsung jatuh hati dan menerima cinta dari sang lelaki. Mereka saling memadu kasih bersama dan mengarungi hidup dengan penuh cinta.
3. Tari Kuntulan
Tari ini terinspirasi dari burung kuntul (burung yang sering terdapat di sawah) yang berwarna putih.
Hal ini terlihat dari gerakan awal tari dimana tangan penari diangguk-anggukkan ke depan seperti kepala burung kuntul ketika berjalan di sawah tanah Banyuwangi.
4. Tari Cunduk Menur
Tari karya Subari Sofyan ini, diambil dari kata cunduk (sebuah perlengkapan tata rias tari yang di pakai di
bagian kepala berbentuk segitiga sama kaki ), dan menur (bunga melati). Makna dari bentuk cunduk yang berbentuk segitiga sama kaki adalah pada ke dua sudut bawah bermakana hubungan antara manusia dengan manusia, sedangkan sudut lancip di bagian atas melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan. Sedangkan dalam tarian ini, cunduk tersebut di hiasi dengan bunga menur (melati) yang indah.
Sinopsis tari ini adalah perlambangan dari seorang wanita yang cantik dan molek, yang menjadi Sisik Melik (Bunga Desa) di lingkunganya.
4. Tari Punjari
5. Tari Sri Ganyong
4. Tari Punjari
5. Tari Sri Ganyong